NEKAT? KENAPA TIDAK! | KOMODO ADVENTURIDE, 2 RIDERS, 2 BIKES, 4,700 KM

Day 3 (20 Juni 2013) Denpasar – Mataram – Sumbawa Besar




Sembari menyantap makanan malam itu saya berpikir, kok ini perjalanan jadi makin nekat yah. Gak sesuai rencana. Motor dalam keadaan rusak tak masalah buat jalan. Bayangkan stang dan segitiga bengkok kok masih nekat jalan lebih 200km. Ternyata tidak cukup sampai disitu kenekatan kami. Biasa partnerku ini mengajak nekat lagi ke pelabuhan Padang Bai. Ya pelabuhan yang akan mengantarkan kami ke pulau selanjutnya.


Tapi bukannya motor saya masih berantakan yah. Hmm. Ayal sih bilang hanya satu jam saja hanya 40 km saja dan kita bisa menghemat biaya penginapan karena bisa menginap di kapal malam ini. Ide yang cukup fantastis, lumayan bisa hemat. Yowis jadi BoNek lagi dah. Basmalah. Akhirnya motor kami arahkan menuju ke pelabuhan Padang Bai. Jalanan kosong dan lurus serta sepi menjadi teman kami malam itu. Tepat pukul 2.00 malam kami tiba ke pelabuhan, setelah membayar biaya penyeberangan (+/- Rp 120.000,- maaf gak ada foto karcisnya, sudah hilang. Huhuhu) kami masuk ke kapal.


Dasar rejeki anak saleh ya, kami mendapatkan kapal yang super mewah bahkan untuk jalur penyeberangan Merak-Bakauheni saja saya tidak pernah menemukan kapal seperti ini. Pas sekali untuk kami yang ingin tidur nyenyak setelah hampir 18 jam di jalan. Suasana kapal yang kosong dan sofa yang nyaman bagaikan kamar hotel bintang 5 untuk kami saat itu. Sangat pas untuk memejamkan mata selama lebih kurang 4 jam penyeberangan malam itu. Pasang tank bag sebagai bantal molor dah sampai pagi. Nikmat :D



Kami sangat terlelap malam itu, bersyukurnya tidak ada yang iseng untuk mengambil barang bawaan kami, saya rasa kalau ada yang ambil juga saya tidak sadar karena sudah terlalu nyenyak tidurnya. Jangan ditiru. Hehehe.

Tidak terasa sudah pagi dan kapal mulai merapat ke pulau Lombok tepatnya di pelabuhan Lembar, girang bukan kepalang. Maklum anak baru suka motoran jadi gini rada norak. :P



Kami sempat berbincang-bincang dengan salah satu pengemudi truk yang akan menuju ke pulau Flores, bertanya tentang keadaan jalan dan banyak hal. Hal inilah yang tidak akan ditemui ketika kita menggunakan moda transportasi udara. Banyak teman baru di jalan bung. Kami juga membagikan stiker #komodoadventuride dan langsung dipasang di truk beliau.



Pukul 07.00 kami tiba di pulau Lombok, betapa senang hati ini menginjakkan ke pulau yang baru lagi. Alhamdulillah, ucapan rasa syukur tak henti saya panjatkan. Motor kami arahkan menuju kota Mataram, hari ini saya berniat untuk beristirahat dan memperbaiki motor yang kemarin sempat amburadul karena terjatuh di Probolinggo. Jarak pelabuhan Lembar ke kota Mataram tidak begitu jauh, hanya 30 km, namun kita harus ekstra hati-hati karena banyak pengendara local yang menggunakan sepeda motor sedikit sembrono, berpindah lajur tanpa menggunakan lampu sein, tidak melihat kanan atau kiri ketika berbelok, bahkan mengendarai motor di tengah jalan, harus sangat waspada, saat itu yang saya ingat harus sabar karena perjalanan masih panjang.

Terlepas dari perilaku berkendara masyarakatnya yang sedikit sembrono, pulau Lombok menyimpan keindahan alam yang eksotis dan pada dasarnya masyarakat disini sangat ramah. (Kalau ada waktu akan saya ceritakan dalam petualangan liburan saya dengan istri. Diingatkan saja. Hehehe). Kalau pulau Bali terkenal dengan pulau seribu pura, kalau Lombok terkenal dengan seribu masjid, karena memang sepanjang perjalanan sangat mudah ditemui masjid disini. Banyak tempat pariwisata yang harus dikunjungi, mulai dari pantai Kuta, Senggigi, Gunung Rinjani dan tiga Gili yang sangat Indah (Bener nanti tak ceritain di petualangan kami di Lombok). Sangat layak dikunjungi dan pemerintah pun berusaha mengangkat potensi pariwisata disini, infrastruktur terus diperbaharui, masyarakat pun mulai dikenalkan dengan istilah sadar pariwisata, dalam bahasa singkat diajarkan bagaimana bersikap dengan turis asing maupun domestic dan bagaimana harus melayani mereka sehingga mereka betah untuk tinggal disini.

Sekitar pukul 8.00 kami tiba di kota Mataram dan tanpa sengaja kami menemukan sebuah dealer Yamaha (kebetulan kami berdua menggunakan motor dari pabrikan yang sama, jadi lebih mudah untuk urusan servis) dengan nama Rinjani, nama sebuah gunung yang terkenal di Pulau Lombok. Dealer tersebut baru buka dan tampak hanya beberapa orang saja yang mengantri.


Begitu bagian pendaftaran buka saya langsung menghampiri bagian tersebut,

“Selamat pagi ada yang bisa dibantu mas?” sapaan ramah dari mbak tersebut

“Saya mau servis mbak sekalian ganti oli, kemudian minta tolong di cek karena saya terjatuh kemarin di Probolinggo, sekalian diganti saja stangnya, headlamp sama segitiga di press” jawab saya

“Waduh mas kalau headlamp kita gak ada stok” pungkas beliau

Goddamn it! dalam hati saya, masak iya saya meneruskan perjalanan ini tanpa lampu utama. Diskusi singkat dengan mekanik sepertinya bohlamnya saja cukup di ganti, reflektor yang pecah masih bisa digunakan walau tidak terang seperti kondisi normal. Akhirnya saya putuskan untuk diperbaiki saja dan berdoa semoga tidak ada halangan lagi dalam perjalanan ini. Mekanik tersebut juga meyakinkan saya bahwa motor bisa selesai hari ini juga, jadi saya bisa meneruskan perjalanan ke kota berikutnya.


Ya pagi itu kami dipaksa menunggu tanpa kegiatan apa-apa, hanya ngobrol dengan masyarakat setempat yang kebetulan lagi servis juga. Ingat kalau kami sudah seharian belom mandi kami coba izin ke dealer tersebut apakah boleh untuk sekedar mandi disana, ternyata diperbolehkan. Mantap servis terbaik buat kami, terimakasih buat Rinjani Motor. Kondisi toilet yang terjaga membuat kami bisa mandi dengan tenang.


Selesai mandi saatnya menjemur peralatan mandi dan riding, kami benar-benar seperti dirumah sendiri. Hahaha. Bikin malu saja. Oia itu boks yang akhirnya baret tidak jelas akibat terpental jauh di Bali. Syukurnya tidak pecah dan masih bisa saya gunakan sampai sekarang. Saran dari saya kalau perjalanan jauh dan menggunakan boks lebih baik diikat biar lebih aman.

Ayal kemudian menghubungi salah seorang teman disana, dulunya dia kerja di kantor yang sama dengan kami, kemudian mendapat tugas untuk mengaudit di Mataram dan malah ketemu jodohnya. Jadilah dia ikut suaminya bertugas disini. Kami diajak makan siang keluar sementara motor diperbaiki. Dijamu tentunya. Terimakasih ya J


Setelah makan siang kami diajak mampir kerumahnya, untuk menjenguk anaknya yang baru berusia beberapa bulan. Nikmat sekali rasanya, istirahat makan siang masih sempat ke rumah melihat anak. Kalau di Jakarta, jangan harap deh, mana sempat.


Kemudian kami kembali ke dealer dan motor sudah hampir siap. Wah bisa lanjut nih perjalanan. Lumayanlah tidak terlalu parah seperti kemarin. Kami memutuskan untuk mengambil jalur tengah pulau Lombok saja untuk menuju ke pelabuhan dengan jarak 81 km agar tidak terlalu malam dan cuaca masih bersahabat. Kalau sudah terlalu malam ombak akan semakin tinggi dan berbahaya untuk penyeberangan. Kami berangkat dari Rinjani Motor sekitar pukul 16.00 tidak lupa mengucapkan terimakasih karena sudah direportkan banyak sekali.

Kami berkendara dengan kecepatan rata-rata 40-60 kpj, ketika di kawasan Timur pulau Lombok, hujan deras turun, sangat deras bahkan jarak pandang sangat terbatas. Kemudian di salah satu turunan ternyata ada persimpangan, dengan kondisi jalan yang basah dan licin, banyak yang berhenti mendadak, Ayal coba mengerem mendadak kemudian ngesot, sayapub coba mengerem dan ban belakang sliding geol-geol tidak beraturan. Astaghfirullah apakah saya harus menabrak lagi. Ayal coba mengelak ke kanan jalan dengan kondisi ban masih sliding, saya banting ke kiri mencoba mengendalikan motor saya.

Syukur motor bisa dikendalikan tanpa terjadi hal yang tidak diinginkan. Kami memperlambat laju kendaraan saat itu sembari saling mengingatkan bahwa perjalanan masih panjang dan kami harus berhati-hati. Saya memutuskan untuk di depan sembari berkendara dengan santai. Saat itu yang saya pikirkan tidak mau jatuh lagi. Kami sangat menginginkan mencapai pulau Komodo seperti mimpi kami.

Beberapa saat kemudian kami melihat pemandangan yang sangat Indah di depan mata kami. Ya pemandangan Gunung Rinjani. Kami pun stop untuk mengabadikan momen tersebut. Sangat Indah ditambah dengan suasana matahari yang mau terbenam di ufuk barat.


Ayal berteriak dengan penuh semangat, “Tahun depan gw akan naik ke gunung itu fal!”

Saya hanya tertawa dan yakin saja. Toh orangnya nekat ini. Hahaha. Ternyata pelabuhan Kayangan sudah tidak jauh, benar-benar kelihatan di depan mata. Wah makin semangat ini. Sedikit lagi pulau Sumbawa. Memang pelabuhan Kayangan terletak di sekitaran kaki pulau Rinjani. Selain menggunakan sepeda motor seperti saya, kalau mau menuju pulau Sumbawa akan banyak penyedia jasa bis berukuran kecil yang bisa digunakan. Ya kalau di Jakarta seperti bis Damrilah. Kapal yang digunakan juga lumayan bagus. Pelabuhan Kayangan Jl. Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat GPS: -8.486491, 116.6745847


Motor saya diarahkan ke pojok kapal tersebut, karena untuk menghindari motor jatuh mengingat beban bawaan yang cukup berat saat itu. Kami memilih untuk duduk di luar ruangan kapal. Mau menikmati sunset ceritanya.



Matahari tampak malu saat kami meninggalkan pelabuhan. Penyeberangan dari Kayangan ke Pototato, Sumbawa tidak terlalu lama kalau ombak bersahabat, sekitar 2 jam saja. Namun malam itu ombak sangat tinggi bahkan sampai ada motor yang terjatuh di geladak kapal. Saya mendengar ABK teriak-teriak mengenai hal tersebut. Tapi karena malas untuk turun saya cuek saja. Berharap bukan motor saya yang terjatuh.

Disaat kapal sudah mau bersandar saya turun ke geladak dan benar saja motor yang terjatuh tadi punya saya. Sampai-sampai diikat sama ABK kapal tersebut. :D



Kami harus antri untuk keluar kapal karena memang disaat itu ramai kendaraan yang menyeberang dan motor harus keluar terakhir. Info yang kami dapat penyeberangan Lombok-Sumbawa lumayan sering, tiap jam ada kapal yang menyeberang. Jadi jangan takut guys!

Kami meneruskan perjalanan menuju Sumbawa Besar, sekitar 100km dari pelabuhan Poto Tano, sebetulnya pemandangan sangat bagus andaikan jalan siang. Selama perjalanan menuju Sumbawa besar banyak sekali perbaikan jembatan, jadi kita akan dialihkan arusnya. Fotonya bisa dilihat dicerita hari berikutnya. Hujan deras juga mengguyur kami malam itu. Spooky saya rasakan dan tentu letih.

Akhirnya kami tiba di Sumbawa Besar kira-kira pukul 22.00 malam, dan bukan hal mudah untuk mencari penginapan di kota ini. Kami beberapa kali menemui hotel yang penuh dan saya sudah sangat pasrah, mau diteruskan ke Dompu kok sudah tidak ada tenaga lagi rasanya.

Untungnya ada satu hotel yang masih ada kamar kosong. Jangan berekspektasi terlalu besar untuk kondisi. Sedikit menyeramkan tapi ya sudahlah cuma satu malam ini. Setelah menyimpan barang di kamar hotel kami berputar mencari makan dan memutuskan makan Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung yang sebenarnya makanan khas dari pulau Lombok. Tentunya kami pesan porsi jumbo. Hahaha

Mengapa disebut Ayam Taliwang? Itu karena masakan ayam berbumbu ini berasal dari Kampung Karang Taliwang, Kelurahan Cakra Utara, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kampung ini berpenduduk 3. 309 jiwa atau 729 keluarga. Ada cerita, bumbu ayam dahulu kala ditemukan oleh H Murad (alrmarhum) dan istrinya, Salmah dari Karang Taliwang, tetapi waktunya tidak dapat dirunut lagi. (source: www.ayamtaliwang.com).


Setelah kenyang kembali ke hotel untuk beristirahat dan tentunya menjemur peralatan yang basah kuyup hari ini. Tidak sabar rasanya untuk melakukan petualangan selanjutnya. Apakah lebih seru dari hari ini? Tunggu saja J