Sembari menyantap makanan malam itu saya berpikir, kok ini
perjalanan jadi makin nekat yah. Gak sesuai rencana. Motor dalam keadaan rusak
tak masalah buat jalan. Bayangkan stang dan segitiga bengkok kok masih nekat
jalan lebih 200km. Ternyata tidak cukup sampai disitu kenekatan kami. Biasa
partnerku ini mengajak nekat lagi ke pelabuhan Padang Bai. Ya pelabuhan yang
akan mengantarkan kami ke pulau selanjutnya.
Tapi bukannya motor saya masih berantakan yah. Hmm. Ayal sih
bilang hanya satu jam saja hanya 40 km saja dan kita bisa menghemat biaya
penginapan karena bisa menginap di kapal malam ini. Ide yang cukup fantastis,
lumayan bisa hemat. Yowis jadi BoNek lagi dah. Basmalah. Akhirnya motor kami
arahkan menuju ke pelabuhan Padang Bai. Jalanan kosong dan lurus serta sepi
menjadi teman kami malam itu. Tepat pukul 2.00 malam kami tiba ke pelabuhan,
setelah membayar biaya penyeberangan (+/- Rp 120.000,- maaf gak ada foto
karcisnya, sudah hilang. Huhuhu) kami masuk ke kapal.
Dasar
rejeki anak saleh ya, kami mendapatkan kapal yang super mewah bahkan untuk
jalur penyeberangan Merak-Bakauheni saja saya tidak pernah menemukan kapal
seperti ini. Pas sekali untuk kami yang ingin tidur nyenyak setelah hampir 18
jam di jalan. Suasana kapal yang kosong dan sofa yang nyaman bagaikan kamar
hotel bintang 5 untuk kami saat itu. Sangat pas untuk memejamkan mata selama
lebih kurang 4 jam penyeberangan malam itu. Pasang tank bag sebagai bantal
molor dah sampai pagi. Nikmat :D
Kami sangat terlelap malam itu, bersyukurnya tidak ada yang
iseng untuk mengambil barang bawaan kami, saya rasa kalau ada yang ambil juga
saya tidak sadar karena sudah terlalu nyenyak tidurnya. Jangan ditiru. Hehehe.
Tidak terasa sudah pagi dan kapal mulai merapat ke pulau
Lombok tepatnya di pelabuhan Lembar, girang bukan kepalang. Maklum anak baru
suka motoran jadi gini rada norak. :P
Kami
sempat berbincang-bincang dengan salah satu pengemudi truk yang akan menuju ke
pulau Flores, bertanya tentang keadaan jalan dan banyak hal. Hal inilah yang
tidak akan ditemui ketika kita menggunakan moda transportasi udara. Banyak
teman baru di jalan bung. Kami juga membagikan stiker #komodoadventuride dan
langsung dipasang di truk beliau.
Pukul 07.00 kami tiba di pulau Lombok, betapa senang hati ini
menginjakkan ke pulau yang baru lagi. Alhamdulillah, ucapan rasa syukur tak henti
saya panjatkan. Motor kami arahkan menuju kota Mataram, hari ini saya berniat
untuk beristirahat dan memperbaiki motor yang kemarin sempat amburadul karena
terjatuh di Probolinggo. Jarak pelabuhan Lembar ke kota Mataram tidak begitu
jauh, hanya 30 km, namun kita harus ekstra hati-hati karena banyak pengendara
local yang menggunakan sepeda motor sedikit sembrono, berpindah lajur tanpa
menggunakan lampu sein, tidak melihat kanan atau kiri ketika berbelok, bahkan
mengendarai motor di tengah jalan, harus sangat waspada, saat itu yang saya
ingat harus sabar karena perjalanan masih panjang.
Terlepas dari perilaku berkendara masyarakatnya yang sedikit
sembrono, pulau Lombok menyimpan keindahan alam yang eksotis dan pada dasarnya
masyarakat disini sangat ramah. (Kalau ada waktu akan saya ceritakan dalam
petualangan liburan saya dengan istri. Diingatkan saja. Hehehe). Kalau pulau
Bali terkenal dengan pulau seribu pura, kalau Lombok terkenal dengan seribu
masjid, karena memang sepanjang perjalanan sangat mudah ditemui masjid disini.
Banyak tempat pariwisata yang harus dikunjungi, mulai dari pantai Kuta,
Senggigi, Gunung Rinjani dan tiga Gili yang sangat Indah (Bener nanti tak
ceritain di petualangan kami di Lombok). Sangat layak dikunjungi dan pemerintah
pun berusaha mengangkat potensi pariwisata disini, infrastruktur terus
diperbaharui, masyarakat pun mulai dikenalkan dengan istilah sadar pariwisata,
dalam bahasa singkat diajarkan bagaimana bersikap dengan turis asing maupun
domestic dan bagaimana harus melayani mereka sehingga mereka betah untuk
tinggal disini.
Sekitar pukul 8.00 kami tiba di kota Mataram dan tanpa
sengaja kami menemukan sebuah dealer Yamaha (kebetulan kami berdua menggunakan
motor dari pabrikan yang sama, jadi lebih mudah untuk urusan servis) dengan
nama Rinjani, nama sebuah gunung yang terkenal di Pulau Lombok. Dealer tersebut
baru buka dan tampak hanya beberapa orang saja yang mengantri.
Begitu bagian pendaftaran buka saya langsung menghampiri
bagian tersebut,
“Selamat pagi ada yang bisa dibantu mas?” sapaan ramah dari
mbak tersebut
“Saya mau servis mbak sekalian ganti oli, kemudian minta
tolong di cek karena saya terjatuh kemarin di Probolinggo, sekalian diganti
saja stangnya, headlamp sama segitiga di press” jawab saya
“Waduh mas kalau headlamp kita gak ada stok” pungkas beliau
Goddamn
it! dalam hati saya, masak iya saya meneruskan
perjalanan ini tanpa lampu utama. Diskusi singkat dengan mekanik sepertinya
bohlamnya saja cukup di ganti, reflektor yang pecah masih bisa digunakan walau
tidak terang seperti kondisi normal. Akhirnya saya putuskan untuk diperbaiki
saja dan berdoa semoga tidak ada halangan lagi dalam perjalanan ini. Mekanik
tersebut juga meyakinkan saya bahwa motor bisa selesai hari ini juga, jadi saya
bisa meneruskan perjalanan ke kota berikutnya.
Ya
pagi itu kami dipaksa menunggu tanpa kegiatan apa-apa, hanya ngobrol dengan masyarakat setempat yang
kebetulan lagi servis juga. Ingat kalau kami sudah seharian belom mandi kami
coba izin ke dealer tersebut apakah boleh untuk sekedar mandi disana, ternyata
diperbolehkan. Mantap servis terbaik buat kami, terimakasih buat Rinjani Motor.
Kondisi toilet yang terjaga membuat kami bisa mandi dengan tenang.
Selesai mandi saatnya menjemur peralatan mandi dan riding,
kami benar-benar seperti dirumah sendiri. Hahaha. Bikin malu saja. Oia itu boks
yang akhirnya baret tidak jelas akibat terpental jauh di Bali. Syukurnya tidak
pecah dan masih bisa saya gunakan sampai sekarang. Saran dari saya kalau
perjalanan jauh dan menggunakan boks lebih baik diikat biar lebih aman.
Ayal kemudian menghubungi salah seorang teman disana, dulunya
dia kerja di kantor yang sama dengan kami, kemudian mendapat tugas untuk
mengaudit di Mataram dan malah ketemu jodohnya. Jadilah dia ikut suaminya
bertugas disini. Kami diajak makan siang keluar sementara motor diperbaiki. Dijamu
tentunya. Terimakasih ya J
Setelah makan siang kami diajak mampir kerumahnya, untuk
menjenguk anaknya yang baru berusia beberapa bulan. Nikmat sekali rasanya,
istirahat makan siang masih sempat ke rumah melihat anak. Kalau di Jakarta,
jangan harap deh, mana sempat.
Kemudian kami kembali ke dealer dan motor sudah hampir siap.
Wah bisa lanjut nih perjalanan. Lumayanlah tidak terlalu parah seperti kemarin.
Kami memutuskan untuk mengambil jalur tengah pulau Lombok saja untuk menuju ke
pelabuhan dengan jarak 81 km agar tidak terlalu malam dan cuaca masih
bersahabat. Kalau sudah terlalu malam ombak akan semakin tinggi dan berbahaya
untuk penyeberangan. Kami berangkat dari Rinjani Motor sekitar pukul 16.00
tidak lupa mengucapkan terimakasih karena sudah direportkan banyak sekali.
Kami berkendara dengan kecepatan rata-rata 40-60 kpj, ketika
di kawasan Timur pulau Lombok, hujan deras turun, sangat deras bahkan jarak
pandang sangat terbatas. Kemudian di salah satu turunan ternyata ada
persimpangan, dengan kondisi jalan yang basah dan licin, banyak yang berhenti
mendadak, Ayal coba mengerem mendadak kemudian ngesot, sayapub coba mengerem dan ban belakang sliding geol-geol
tidak beraturan. Astaghfirullah apakah saya harus menabrak lagi. Ayal coba
mengelak ke kanan jalan dengan kondisi ban masih sliding, saya banting ke kiri
mencoba mengendalikan motor saya.
Syukur motor bisa dikendalikan tanpa terjadi hal yang tidak
diinginkan. Kami memperlambat laju kendaraan saat itu sembari saling
mengingatkan bahwa perjalanan masih panjang dan kami harus berhati-hati. Saya
memutuskan untuk di depan sembari berkendara dengan santai. Saat itu yang saya
pikirkan tidak mau jatuh lagi. Kami sangat menginginkan mencapai pulau Komodo
seperti mimpi kami.
Beberapa saat kemudian kami melihat pemandangan
yang sangat Indah di depan mata kami. Ya pemandangan Gunung Rinjani. Kami pun
stop untuk mengabadikan momen tersebut. Sangat Indah ditambah dengan suasana
matahari yang mau terbenam di ufuk barat.
Ayal berteriak dengan penuh semangat, “Tahun depan gw akan
naik ke gunung itu fal!”
Saya hanya tertawa dan yakin saja. Toh orangnya
nekat ini. Hahaha. Ternyata pelabuhan Kayangan sudah tidak jauh, benar-benar
kelihatan di depan mata. Wah makin semangat ini. Sedikit lagi pulau Sumbawa.
Memang pelabuhan Kayangan terletak di sekitaran kaki pulau Rinjani. Selain
menggunakan sepeda motor seperti saya, kalau mau menuju pulau Sumbawa akan
banyak penyedia jasa bis berukuran kecil yang bisa digunakan. Ya kalau di
Jakarta seperti bis Damrilah. Kapal yang digunakan juga lumayan bagus. Pelabuhan
Kayangan Jl. Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat GPS:
-8.486491, 116.6745847
Motor
saya diarahkan ke pojok kapal tersebut, karena untuk menghindari motor jatuh
mengingat beban bawaan yang cukup berat saat itu. Kami memilih untuk duduk di
luar ruangan kapal. Mau menikmati sunset ceritanya.
Matahari tampak malu saat kami meninggalkan pelabuhan.
Penyeberangan dari Kayangan ke Pototato, Sumbawa tidak terlalu lama kalau ombak
bersahabat, sekitar 2 jam saja. Namun malam itu ombak sangat tinggi bahkan
sampai ada motor yang terjatuh di geladak kapal. Saya mendengar ABK
teriak-teriak mengenai hal tersebut. Tapi karena malas untuk turun saya cuek
saja. Berharap bukan motor saya yang terjatuh.
Disaat kapal sudah mau bersandar saya turun ke
geladak dan benar saja motor yang terjatuh tadi punya saya. Sampai-sampai
diikat sama ABK kapal tersebut. :D
Kami harus antri untuk keluar kapal karena memang disaat itu
ramai kendaraan yang menyeberang dan motor harus keluar terakhir. Info yang
kami dapat penyeberangan Lombok-Sumbawa lumayan sering, tiap jam ada kapal yang
menyeberang. Jadi jangan takut guys!
Kami meneruskan perjalanan menuju Sumbawa Besar, sekitar
100km dari pelabuhan Poto Tano, sebetulnya pemandangan sangat bagus andaikan
jalan siang. Selama perjalanan menuju Sumbawa besar banyak sekali perbaikan
jembatan, jadi kita akan dialihkan arusnya. Fotonya bisa dilihat dicerita hari
berikutnya. Hujan deras juga mengguyur kami malam itu. Spooky saya rasakan dan
tentu letih.
Akhirnya kami tiba di Sumbawa Besar kira-kira pukul 22.00
malam, dan bukan hal mudah untuk mencari penginapan di kota ini. Kami beberapa
kali menemui hotel yang penuh dan saya sudah sangat pasrah, mau diteruskan ke
Dompu kok sudah tidak ada tenaga lagi rasanya.
Untungnya ada satu hotel yang masih ada kamar kosong. Jangan
berekspektasi terlalu besar untuk kondisi. Sedikit menyeramkan tapi ya sudahlah
cuma satu malam ini. Setelah menyimpan barang di kamar hotel kami berputar
mencari makan dan memutuskan makan Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung yang
sebenarnya makanan khas dari pulau Lombok. Tentunya kami pesan porsi jumbo.
Hahaha
Mengapa disebut Ayam Taliwang? Itu karena masakan ayam
berbumbu ini berasal dari Kampung Karang Taliwang, Kelurahan Cakra Utara,
Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kampung ini
berpenduduk 3. 309 jiwa atau 729 keluarga. Ada cerita, bumbu ayam dahulu kala
ditemukan oleh H Murad (alrmarhum) dan istrinya, Salmah dari Karang Taliwang,
tetapi waktunya tidak dapat dirunut lagi. (source:
www.ayamtaliwang.com).
Setelah
kenyang kembali ke hotel untuk beristirahat dan tentunya menjemur peralatan
yang basah kuyup hari ini. Tidak sabar rasanya untuk melakukan petualangan
selanjutnya. Apakah lebih seru dari hari ini? Tunggu saja J