[S#NNDR2012 - Dieng] Day 1 – Berangkaaat!!

Alarm berbunyi dan gw kaget kok udah terang, sial sial gw kesiangan. Dengan paniknya gw mandi sambil sms bro murray memastikan kalo gw ngikut bareng. Langsung mandi+gosok gigi. Panasin kebo sambil ngiket barang bawaan kek mau mudik. Berangkaat.


Pukul 06:30

Sampe gerbang depan berenti dulu. Biasa, bagian narsis dimulai, minta difotoin ama pak satpam. Makasih ya pak :D


Ditanya deh ama pak satpamnya,
Bapak Satpam : “Mau kemana? Balik kampung?
Ane : “Gak pak ini mau ke dieng” sambil senyum trus berangkat

Langsung menyusuri jalanan menuju depok sambil senyum-senyum sendiri, rasa bahagia dan bangga buat perjalanan pertama ini. Tidak lupa kasih minum dulu si kebo, biar bisa lari dikit. :D Setelah kasih minum kebo sampain penuh, perjalanan saya lanjutkan ke tikum bojong gede (rumah bro murray) rada cepet jalannya takut ditinggal. Brumm brumm. Akhirnya sampai di Bojong Gede, mulai deh puyeng nyari rumah yang mudah dicari sebenernya. Kembali karena gw gak punya GPS, hanya bermodal nanya-nanya dan orang yang ditanya pun gak tahu. Setelah bersusah payah akhirnya ketemu juga. Disuruh masuk ke rumahnya trus dikasih sarapan pula. (Malu nih udah datang pagi-pagi eh numpang makan pula). Alhamdulillah rejeki gak kemana sob. Setelah makan tidak berapa lama bro ari datang juga.

Pukul 08:15

Perjalanan dari bojong gede ke kota bogor lumayan lancar dan diharapkan perjalanan selanjutnya seperti itu. Namu harapan tinggal harapan, ketika mulai pendakian di ke ciawi, jalur ke puncak mulai macet. Wah gak bener nih, kan gw mau lewat (Emang gw siapa yah. Hehe). Isi bensin dulu si bro ari. Lanjut lagi perjalanan dan taraaa, jalur ke puncak satu arah. Memang Tuhan itu baik. Mayan nih biar gak macet. Perjalanan diteruskan sampai puncak kemudian melewati cianjur dengan jalur berkelok serta pemandangannya yang indah. Layaknya orang-orang Cianjur yang sempat saya kenal. Cakep-cakep pak e. Hehehe Di dalam perjalanan menuju ke cimahi ini sempat beberapa kali bertemu dengan klub-klub motor yang akan melakukan turing juga. Ada juga tiga orang pengendara motor yang menggunakan thunder 250, klx 150, dan pulsar 220. Saya betul-betul ingat dengan tiga pengendara ini karena saat kita jalan lumayan kenceng eh dengan mudahnya disalip sama mereka. Wuss.

Pukul 11.40

Kami tiba di Cimahi. Berhubung perut sudah keroncongan, langsung kita cari rumah makan. Makan dulu bang biar gak sakit #pepatahseorangrider. Kami memilih untuk makan di rumah makan Ampera. Tidak berapa lama kemudian datanglah bro Angga, temannya bro murray yang sudah dari pagi tiba disini menunggu kami. 


Setelah makan dan beristirahat yang cukup, perjalanan dilanjutkan tidak melewati pusat kota bandung, karena bisa dipastikan pusat kota sedang macet karena kebanjiran penduduk Jakarta yang sedang berlibur. 

Riding grup ane: ane, ari, murray dan angga

Perjalanan dari kota Bandung menuju Nagrek tidak ada kendala berarti, hanya memang terdapat beberapa titik keramaian dan lampu merah. Sempat pula macet dikarenakan ada mobil yang mogok dan kecelakaan. Lagi-lagi saya istighfar minta dilancarkan serta dijauhkan dari malapetaka selama perjalanan ini. Tiba di seputaran Nagrek, bertemu lagi dengan yang namanya macet. Macet kali ini bukan disebabkan karena ada kecelakaan namun disebabkan oleh adanya perayaan 1 Muharram berupa pawai kendaraan dengan berbagai atributnya yang sontak memenuhi jalan. Kembali kepala mulai terasa panas karena memang kondisi cukup terik siang itu. Kami coba selip selip sedikit secara perlahan agar terlepas dari pawai tersebut. Setelah melewati pawai kendaraan tersebut jalanan lancer kembali. Mulai deh ketemu yang namanya jalanan mulus semulus kulit sandra dewi. Hehehe. Bro murray ama angga sudah jauh di depan, ya ane tetep aja jauh di belakang, karena kebo ane kan emang buat jalan santai. Padahal emang agak sulit buat ngebut. Kemudian kami melewati turunan nagrek yang tikungannya maknyos. Perlu konsentrasi serta kecermatan di jalur ini. Dan tidak lupa jaga kecepatan aman. Kalau tidak siap-siap masuk ke jurang. Byur. Rebah-rebah sedikit seperti Valentino Rossi ala kampung. Hehehe. 


Udah sampe dibawah mendekati tasik kok macet lagi? (Ada apa ini bikin frustasi saja!). Mulai panas lagi nih kepala. Clingak clinguk karena tidak bisa lewat. Kami mulai menyusuri pinggir jalan agar bisa lolos dari kemacetan ini. Bro ari sudah menghilang kedepan. Tahunya doi lagi beli minum. Haus ya bro. Sama kita juga. Kami akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menunggu kemacetan mereda. 


Kami pilih salah satu warung yang ada di pinggir jalan. Memang tidak banyak penganan yang dijual. Hanya bubur ayam dan minuman saja. Bro murray akhirnya yang pesen bubur. Ane bersikap, gak deh ntar gendut. Tapi lama-lama kegoda juga tuh. Bubur ayam satu lagi pak. :D


Pas dicoba dingin ternyata sodara-sodara dan hambar. Jebakan batman ini namanya. Dihabisin secepatnya. Selesai makan saya isi bensin terlebih dahulu.

Mari berangkat! Perjalanan dilanjutkan dengan merubah target yang awalnya mau istirahat di ciamis tapi kita lanjutkan sampai purwokerto karena sudah beberapa kali istirahat yang disebabkan oleh kemacetan.


Matahari sudah mulai terbenam di ufuk barat, kami masih di atas motor untuk mengejar target yaitu tiba di Purwokerto. Perjalanan malam hari itu menyenangkan karena cuaca tidak panas, namun kalau sudah bertemu yang namanya bis malam, berubah deh kesenangan itu. Perlu konsentrasi lebih untuk mendahului bis-bis tersebut karena memang merekalah pemilik jalanan ini.
Perjalanan dari Tasikmalaya cukup lancar dengan kontur jalan yang baik walaupun ada beberapa jalan yang rusak. Di seputaran Banjar kembali kita mampir ke spbu, motornya bro ari minta diisi bensin. Istirahat sejenak sambil foto-foto.

Lanjut lagi perjalanan ke purwokerto dengan mata yang kiyep kiyep mulai kantuk, padahal baru jam 7 malam. Gak bisa diajak kerjasama banget nih mata. Hehehe. Perjalanan masih didominasi dengan kebut-kebutan dengan bis malam.
Terus tiba-tiba bro murray berhenti, ane bingung kok ditengah jalan gini, tahunya mau foto di gerbang perbatasan Jawa Tengah. Padahal ane yang minta berhenti nih malah lupa.


Setelah berfoto-foto perjalanan dilanjutkan. Dan banyak jalan berlubang sodara-sodara, sempet ngehajar juga beberapa kali. Makin drop ini karena perut mulai keroncongan. Akhirnya sampe juga ke purwokerto, kita memutuskan untuk tidak ke kotanya, langsung jalan lagi sambil lirik-lirik kalau ada yang jual makanan. Sempet beberapa kali bertanya disini untuk memastikan jalan yang ditempuh sudah benar.
Sampailah di sekitaran Banyumas, kita istirahat makan dulu. Makan rica-rica bebek apa gitu. Lupa ane. Soalnya mulai roaming ama bahasa bapak-bapak penjual :D.


Udah kenyang sambil rebahan dulu. Terus cari pom bensin beli perbekalan buat di dieng, solat dsb.

Pukul 22:00

Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan dengan tujuan utama ke dieng. Udara yang semriwing dicampur perut kenyang membuat keinginan tidur makin kuat, dalam hati saya berujar “mesti kuat!”, dah mau sampe bung.

Pukul 23:45

Setelah melewati Banjar Negara kemudian di simpang sebelum sampai ke wonosobo kami belok ke kiri mengikuti petunjuk ke arah Dieng. Kontur jalan mulai menanjak dilengkapi dengan beberapa titik yang terdapat lubang. Sedikit bersyukur bertemu dengan jalanan menanjak seperti ini, minimal bisa menjadi pengusir rasa kantuk yang menyerang dari tadi. Jalan menuju dieng memang didominasi tikungan-tikungan tajam dan tanjakan yang terjal. Sudah dipastikan harus konsentrasi penuh. Udara mulai semriwing ditemani hembusan angin malam dan yang paling terasa itu adalah aura horornya karena jalur ini lumayan sepi walaupun beberapa kali ada kendaraaan yang melintas dari atas. Saya rasa penduduk sekitar yang membawa hasil kebun mereka untuk dijual ke kota.